Sabtu, 27 Februari 2010

Gabbe Obstetrics - Normal and Problem Pregnancies, 4th ed



Jenis Buku : Obstetri

Judul Buku : Gabbe Obstetrics - Normal and Problem Pregnancies

Bahasa : Inggris

Penulis : Steven G. Gabbe et all

Terbit : 2002 Churchill Livingstone


Untuk memuaskan pembaca dengan selalu menampilkan informasi penting yang terbaru, penulis telah melakukan perubahan dan penambahan dalam edisi keempat ini. 3 bab baru telah ditambahkan Fetal Therapeutic Interventions, Surgical Procedures in Pregnancy, and Endocrine Diseases in Pregnancy. Perubahan ini dibuat sesimpel dan senyaman mungkin bagi para pembaca. Selamat menikmati.
Buku ini terdiri dari 7 bagian. Pertama “Physiology”. Bagian kedua” Prenatal Care”. Bagian ketiga adalah “Intrapartum Care”. Bagian keempat adalah “Postpartum Care”. Bagian kelima adalah “Complicated Pregnancy”. Bagian keenam adalah “Pregnancy and Coexisting Disease”. Bagian ketujuh adalah “Legal and Ethical Issues in Perinatology”. Textbook ini wajib anda miliki dan baca.

Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF)

Oxford American Handbook of Obstetrics and Gynecology, 1st Edition



Jenis Buku : ObGyn

Judul Buku : Oxford American Handbook of Obstetrics and Gynecology

Bahasa : Inggris

Penulis : Norwitz, Errol R et all

Terbit : 2007 Oxford University Press


Sebagai buku saku, buku ini tergolong mumpuni. Terdapat berbagai macam topic baik keadaan emergensi maupun non emergensi yang terbagi dalam 19 bab. Setiap topiknya selalu didahului oleh penjelasan singkat tentang penyakit yang dibahas lalu gambaran klinis, diagnosis, dan terapi. Buku ini saya rekomendasikan sebagai pendamping textbook anda yang selalu setia menemani anda. Handbook ini wajib anda miliki dan baca.

Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF)



Handbook of Nutrition and Pregnancy



Jenis Buku : Obstetry

Judul Buku : Handbook of Nutrition and Pregnancy

Bahasa : Inggris

Penulis : Carol J. Lammi-Keefe et all

Terbit : 2008 Humana Press


Buku ini terdiri dari 5 bagian. Pertama “Nutrient and Health Needs During Normal Pregnancy” yang termasuk didalamnya rekomendasi nutrisi dan diet bagi ibu hamil, termasuk kebutuhan macronutrient, protein, vitamin, asam folat dan mineral. Dalam bab ini juga terdapat arahan bagaimana mencapai berat badan optimal, bagaimana pemilihan makanan pada masa hamil atau laktasi dan panduan kegiatan fisik yang bisa dilakukan ibu hamil. Bagian kedua” Nutrient Needs and Factors Related to High-Risk Pregnancy”. Bagian ketiga adalah “Special Diets, Supplements, and Specific Nutrients During Pregnancy” yang membahas pentingnya pemberian vitamin dan mineral pada ibu hamil. Bagian keempat adalah “The Postpartum Period” membahas diet pada masa laktasi atau pada masa sehabis melahirkan. Bagian kelima adalah “The Developing World”. Buku ini sangat baik bagi para praktisi dalam arahan memberikan suplemen bagi ibu hamil. Textbook ini wajib anda miliki dan baca.

Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF)


Jumat, 19 Februari 2010

BENSON & PERNOLL’S Handbook of OBSTETRICS & GYNECOLOGY




Jenis Buku : ObGyn

Judul Buku : Benson & Pernoll’s Hanbook of Obstetrics & Gnecology

Bahasa : Inggris

Penulis : Martin L. Pernoll, M.D.

Terbit : 2001 by The McGraw-Hill Companies


Buku saku ini selayaknya sebuah buku textbook yang saya rekomendasikan untuk anda miliki.

Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF)




The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics 2nd edition



Jenis Buku : Obstetric

Judul Buku : The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics 2nd edition

Bahasa : Inggris

Terbit : 2002 by Blackwell Publishing Ltd


The inspiration for The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics was the classic Harriet Lane Handbook first produced by the residents of the Harriet Lane Pediatric Service at the Johns Hopkins Hospital in 1950 under the leadership of its chief residents, including Dr. Henry Seidel, subsequently Professor of Pediatrics and Dean of Student Affairs. The concept of producing a clinical handbook for busy gynecology and obstetric clinicians was appealing to the gynecology and obstetrics house staff for the following reasons: (1) It supported developing scholarship and academics among the house staff, allowing them to do literature reviews and write chapters that were both scholarly and clinically useful; (2) it encouraged the residents to work together toward a common goal, that of understanding principles of literature review, epidemiology, statistics, and the systematic approach to the evaluation of scientific information; and (3) in an era when support for graduate medical education was increasingly constrained, it provided potential financial resources to be used for furthering resident education (attendance at educational conferences and meetings and seed money for research—all the things that residents need and want to do that take “just a little discretionary money”). Given the long history of contributions from the Department of Gynecology and Obstetrics at Johns Hopkins Hospital, including Williams' Obstetrics, TeLinde's Operative Gynecology, and similar works by Kelly, Cullen, Novak, Howard and Georgeanna Jones, Woodruff, Rock, and many others, this was a project whose time had come


Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF)


Management of High-Risk Pregnancy An Evidence-Based Approach



Jenis Buku : Obstetric

Judul Buku : Management of High-Risk Pregnancy, fifth Edition

Bahasa : Inggris

Terbit : 2007 by Blackwell Publishing Ltd


The fifth edition of Management of High-Risk Pregnancy, like its predecessors, is directed to all health professionals involved in the care of women with high-risk pregnancies. The book contains clear, concise, practical material presented in an evidence- based manner.

Two series of articles on high-risk pregnancies that appeared in Contemporary OB/GYN were the inspiration for the first edition. These predominantly clinical articles provided a comprehensive perspective on high-risk pregnancy. Now in the fifth edition of Management of High-Risk Pregnancy, I am joined by two outstanding authorities as editors. Catherine Y. Spong, MD is the Chief of the Pregnancy and Perinatology Branch, National Institute of Child Health and Human Development of the National Institutes of Health. Charles J. Lockwood, MD is the Anita O’Keefe Young Professor of Women’s Health and Chair, Department of Obstetrics, Gynecology and Reproductive Sciences, Yale University School of Medicine. They are both leaders in research and Clinical care with national and international reputations. It has been enlightening and rewarding to work with these outstanding colleagues.

The content of the fifth edition was designed to provide the necessary background material for decision-making in this area. The topics were selected and then the foremost authority for each subject was invited to write the chapter. Illustrative clinical cases are presented at the end of each chapter. The book contains evidence-based, practical information from outstanding perinatal experts.

Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF)


PsychologicalChallengesinObstetricsandGynecology



Jenis Buku : ObGyn
Judul Buku : PsychologicalChallengesinObstetricsandGynecology
Bahasa : Inggris
Editor : Jayne Cockburn and Michael E. Pawson
Terbit : Springer-Verlag London Limited 2007



This book goes a long way to remind us that the patient is both mind and body, and that the best medical practice recognises this and is learned in this context. It is therefore a great pleasure for me to have been asked to introduce and recommend this book, which represents a very considerable volume of work, enhanced by the contributions of so many distinguished practitioners and specialists. Whether for learning and knowledge, or used as a reference, this book will meet a need that is now both recognised and better understood. Many of the chapters are a real pleasure in themselves, and the book is packed with sound evidence, factual material and new information.

Psychological challenges in obstetrics vary from the expected adjustments that every new mother faces through to high-risk pregnancies in which infant or maternal death is a possibility. It is crucial to know that suicide is the leading cause of maternal death in the United Kingdom and to realise that prevention of suicide needs psychological and psychiatric problems to be recognized early in pregnancy by everyone involved in maternity care. A woman’s mental state will also affect other aspects of her health and her ability to access both obstetric and gynecologic services. At the Royal College of Psychiatrists, we assert that there is no health without mental health. This book supports our assertion, and I hope readers have a better understanding of their own role in helping women to achieve health outcomes through recognising this.


Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF)


Gynaecology Illustrated



Jenis Buku : Gynecology

Judul Buku : Gynaecology Illustrated, fifth Edition

Bahasa : Inggris

Penulis : David McKay Hart et all

Terbit : 2000 Churchill Livingstone



Buku ini terdiri dari 8 bagian. Pertama “Principles of Practice” yang termasuk didalamnya penilaian awal pasien gynecologi, riwayat dan pemeriksaan fisik, dan kemampuan komunikasi. Bagian ini banyak membicarakan tentang prinsip penangan yang baik, kualitas pemeriksaan, dan epidemiology kondisi gynecologi. Bagian kedua”Basic Principles” berisi tentang rangkuman dasar-anatomi dan embriologi, biologi molecular, dan genetic, dan fisiologi reproduksi. Bagian ketiga adalah “Preventive and Primary Care” yang membahas pentingnya perawatan kesehatan bagi wanita termasuk usaha pencegahan, screening, perencanaan keluarga,, masalah seksualitas, dan masalah psikiatric umumnya. Bagian keempat adalah “General Gynecology” meninjau berbagai penyakit dari sistem reproduksi, evaluasi infeksi pelvis, penanganan kehanilan ektopik dan penanganan penyakit payudara. Bagian kelima adalah “Operative General Gynecology” membahas tentang penanganan perioperatif, dan operatif pada kondisi gynecology dan histerektomi. Bagian keenam adalah “Uregenycology dan Pelvic Reconstructive Surgery”. Bagian ketujuh adalah “Reproductive Endocrinology” yang membahas perkembangan, pertumbuhan dan fungsi mulai dari pubertas sampai menopause. Bagian terakhir adalah “Gynecology Oncology” membahas penyakit keganasan pada saluran reproduksi dan kanker payudara.. Textbook ini wajib anda miliki dan baca.

Baca selengkapnya untuk mendapatkan link download gratis

Klik disini


GYNAECOLOGYILLUSTRATED.part1.rar.html
GYNAECOLOGYILLUSTRATED.part2.rar.html

Dewhurst’s textbook of obstetrics and gynaecology. 7th ed




Jenis Buku : Obstetric

Judul Buku : Dewhurst’s textbook of obstetrics and gynaecology. 7th ed

Bahasa : Inggris

Penulis : D. Keith Edmonds

Terbit : 2007 by Blackwell Publishing



Buku ini benar-benar textbook yang bagus. Sama seperti William’s , buku ini berisi semua yang ingin anda ketahui tentang ObGyn. Diharapkan buku ini terus diupdate. Buku ini saya rekomendasikan sama halnya seperti William’s ObGyn.


Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF)


Kamis, 18 Februari 2010

Berek & Novak's Gynecology, 14th Edition




Jenis Buku : Gynecology

Judul Buku : Berek & Novak's Gynecology, 14th Edition

Bahasa : Inggris

Penulis : Jonathan S. Berek MD, MMS

Terbit : 2007 Lippincott Williams & Wilkins



Buku ini terdiri dari 8 bagian. Pertama “Principles of Practice” yang termasuk didalamnya penilaian awal pasien gynecologi, riwayat dan pemeriksaan fisik, dan kemampuan komunikasi. Bagian ini banyak membicarakan tentang prinsip penangan yang baik, kualitas pemeriksaan, dan epidemiology kondisi gynecologi. Bagian kedua”Basic Principles” berisi tentang rangkuman dasar-anatomi dan embriologi, biologi molecular, dan genetic, dan fisiologi reproduksi. Bagian ketiga adalah “Preventive and Primary Care” yang membahas pentingnya perawatan kesehatan bagi wanita termasuk usaha pencegahan, screening, perencanaan keluarga,, masalah seksualitas, dan masalah psikiatric umumnya. Bagian keempat adalah “General Gynecology” meninjau berbagai penyakit dari sistem reproduksi, evaluasi infeksi pelvis, penanganan kehanilan ektopik dan penanganan penyakit payudara. Bagian kelima adalah “Operative General Gynecology” membahas tentang penanganan perioperatif, dan operatif pada kondisi gynecology dan histerektomi. Bagian keenam adalah “Uregenycology dan Pelvic Reconstructive Surgery”. Bagian ketujuh adalah “Reproductive Endocrinology” yang membahas perkembangan, pertumbuhan dan fungsi mulai dari pubertas sampai menopause. Bagian terakhir adalah “Gynecology Oncology” membahas penyakit keganasan pada saluran reproduksi dan kanker payudara.. Textbook ini wajib anda miliki dan baca.

Baca selengkapnya untuk mendapatkan link download gratis

Klik disini

BerekNovaksGynecology14ed.part1.rar.html
BerekNovaksGynecology14ed.part2.rar.html


ABC of ANTENATAL CARE



Jenis Buku : Obstetric

Judul Buku : ABC of Antenatal Care, 4th Edition

Bahasa : Inggris

Penulis : Geoffrey Chamberlain & Margery Morgan

Terbit : BMJ Books 2002


Setiap bab dalam buku ini merupakan hasil dari artikel yang diambil dari British Medical Journal. Kemudian artikel artikel ini dibuat dalam suatu buku, dan edisi pertama diterbitkan tahun 2002. Permintaan dan apresiasi yang lebih dari para praktisi membuat buku ini terus diupdate baik edisi dua, tiga, dan sekarang edisi keempat.

Buku ini terdiri dari 14 bagian, yaitu Organisation of antenatal care, The changing body in pregnancy, Normal antenatal management, Checking for fetal wellbeing, Detection and management of congenital abnormalities, Work in pregnancy, Vaginal bleeding in early pregnancy, Antenatal medical and surgical problems, Raised blood pressure in pregnancy, Antepartum haemorrhage, Small for gestational age, Preterm labour, Multiple pregnancy, dan terakhir adalah The audit of birth.

Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF)



Postpartum Hemorrhage



Jenis Buku : Obstetric

Judul Buku : A Textbook of Postpartum Hemorrhage

Bahasa : Inggris

Penulis : Christopher B-Lynch eta ll

Terbit : 2006 Sapiens Publishing


Buku ini terdiri dari 10 bagian. Pertama “Demographic and logistical considerations”. Bagian kedua” Causation”. Bagian ketiga adalah “General preventive measures”. Bagian keempat adalah “Special preventive measures: misoprostol in action”. Bagian kelima adalah “Hospital preparation. Bagian keenam adalah “Therapy for non-atonic conditions”. Bagian ketujuh adalah “Therapy for atony”. Bagian kedelapan adalah “Consequences of postpartum hemorrhage”. Bagian kesembilan adalah “Special experiences and unusual circumstances” dan Bagian terakhir adalah “National experiences”. Textbook ini wajib anda miliki dan baca.

Baca sselengkapnya untuk mendapatkan link download gratis

Klik disini

TextbookofPostpartumHemorrhage.part1.rar.html
TextbookofPostpartumHemorrhage.part2.rar.html



Obstetrics in Remote Settings





Jenis Buku : Obstetric

Judul Buku : Obstetrics in Remote Settings, 1st Edition

Bahasa : Inggris

Terbit : 2007



Buku manual ini sebenarnya dikhususkan bagi non-spesialis (non-obstetricians) dimana bertujuan untuk mengatasi masalah patologi-menyelamatkan ibu hamil, melindungi ibu hamil dan melahirkan bayi dengan usaha terbaik. Buku manual ini paling tidak dapat membantu para dokter umum dalam kondisi sulit.

Buku ini terdiri dari 10 bagian, Pertama “the diagnosis and monitoring of normal pregnacy” yang termasuk didalamnya mendiagnosa kehamilan dan atenatal care. Bagian kedua”bleeding during pregnancy” dalam bab ini dibagi atas dua bagian yaitu perdarahan paruh pertama kehamilan dan perdarahan paruh kedua kehamilan. Bagian ketiga adalah “pregnancy related pathologies and pathological pregnancy” yang diantaranya membahas eklampsia, polihidramnion, infeksi bacterial dan lain-lain. Bagian keempat adalah “normal delivery and usual procedures for various problem”. Bagian kelima adalah “special deliveries. Bagian keenam adalah “malpresentatation and dystocia”. Bagian ketujuh adalah “third stage of labour”. Bagian kedelapan adalah “intrauterine procedure”. Bagian kesembilan adalah “infant care” dan Bagian terakhir adalah “postpartum care”. Buku ini seperti buku saku yang wajib anda miliki.

Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF)


Minggu, 14 Februari 2010

Angina. An Atlas of Investigation and Management




Jenis Buku : Cardiology

Judul Buku : Angina

Bahasa : Inggris

Penulis : Ian J Sarembock MB

Terbit : Atlas Medical Publishing Ltd 2007


Buku ini terdiri dari 6 bagian. Buku ini sangat bagus dan membahas tuntas yang ingin anda ketahui tentang angina pectoris. Bagian pertama dari buku ini berfokus pada epidemiology, natural history, dan phatophysiology. Selanjutnya pada bagian kedua penulis membahas tuntas tentang evaluasi klinis dari angina pectoris. Akhirnya pada empat bab terakhir penulis membahas tentang deteksi, penilaian dan penanganan angina pectoralis. Textbook ini wajib anda miliki dan baca.
Baca selengkapnya untuk mendapatkan link download

Klik disini (PDF)

Angina.pdf

Harper’s Illustrated Biochemistry 26 edition




Jenis Buku : Biochemistry

Judul Buku : Harper’s Illustrated Biochemistry

Bahasa : Inggris

Penulis : Robert K. Murray, Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, et all

Terbit : 2003 by The McGraw-Hill Companies




Buku ini terdiri dari 12 bagian. Buku ini berfokus pada pembaca yang membutuhkan pengetahuan dasar tentang bagaimana mengevaluasi dan menangani pasien dengan stroke. Bagian pertama dari buku ini membahas tentang setting dari unit gawat darurat dan membantu pembaca membedakan gambaran klinis dan evaluasi awal dari tipe stroke. Kemudian penulis membagi dalam dua bab yang masing-masing untuk tipe stroke (iskemik, intraserebral dan subharachnoid hemorrhage). Bagian pertama berfokus pada gambaran akut dan evaluasi (evaluasi dan penatalaksanaan di rumah sakit) untuk masing-masing jenis stroke. Bagian kedua berfokus pada pencegahan dan komplikasi jangka panjang (out-patient/follow up) Kelima bab lainnya membahas topik tentang stroke pada dewasa muda, headaches yang berhubungan dengan stroke, hypercoagulable states, carotid artery disease and cerebral venous trombosis. Textbook ini wajib anda miliki dan baca.
Baca selengkapnya untuk mendapatkan link download


Klik disini

Stroke Essentials.pdf

Status Asmaticus

Defenisi

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang berhubungan dengan hiperresponsif saluran nafas yang menyebabkan episode berulang wheezing, sesak nafas, dada terasa sesak, dan batuk yang bersifat reversible secara spontan atau dengan terapi.

Asma berat, walaupun sulit untuk didefenisikan, termasuk semua kasus penyakit yang sulit diberantas atau resistant terhadap terapi yang menyebabkan peningkatan resiko mortalitas dan morbiditas. Penyempitan saluran nafas yang menyebabkan gangguan ventilasi perfusi, hiperinflasi paru, dan peningkatan kerja pernafasan yang bisa menyebabkan otot pernafasan menjadi lelah dan gagal pernafasan yang mengancam.
Status asmatikus didefenisikan sebagai asma akut berat yang ditandai dengan serangan serius asma yang beresiko berkembang menjadi gagal nafas.

Klik disini untuk mendapatkan link download gratis dokumen (PDF), (DOC)


Penyebab

Menurut Global Strategyy For Asthma Management And Prevention, ada dua faktor yang menginfluens resiko asma, yang pertama adalah faktor yang menyebakan berkembangnya resiko asma dan faktor yang memicu (trigger) asma :

  1. Faktor Host (Host Faktor) berupa genetic (gen yang mengekspresikan atopi atau hiperresponsif saluran nafas), obesitas dan gender.
  2. Faktor pemicu (trigger) berupa faktor lingkungan. Perlu diketahui bahwa ada faktor yang bekerja sebagai keduanya yaitu sebagai faktor yang menyebabkan berkembangnya resiko asma dan faktor yang memicu asma. Beberapa faktor pemicu asma antara lain allergen baik indoor atau outdoor, inffeksi saluran nafas (terutaama akibat virus), occupational sensitizer, asap rokok, pollutan baik indoor atau outdoor dan diet.


Patogenesa

Mekanisme asma melibatkan berbagai sel inflamasi dan mediator inflamasi yang menghasilkan perubahan patofisiologi dari saluran nafas berupa penyempitan saluran nafas. Beberapa sel inflamasi yang terlibat antara lain sel mast, eosinofil, limfosit-T, sel dendritik, makrofag, dan neutrofil. Struktur sel dari saluran nafas juga memproduksi mediator inflamasi seperti sel epithelial saluran nafas, sel otot polos saluran nafas, sel endothelial, fibroblast dan myofibroblast dan saraf . Berbagai mediator kunci asma antara lain kemokin, sisteinil leukotrien, sitokin, histamine, nitric oxide, dan prostaglandin D¬2.

Gambaran Klinis


Terdapatnya tanda-tanda atau gejala berikut ini harus dipikirkan kemungkinan besar asma.
  • Wheezing (merupakan suara seperti meniup botol saat ekspirasi)

  • Dijumpai riwayat berikut

    • Batuk, yang memburuk terutama pada malam hari atau dini hari, berhubungan dengan faktor iritatif, batuknya bisa kering, tapi sering terdapat mukus bening yang diekskresikan dari saluran nafas

    • Wheezing berulang

    • Sesak nafas berulang ; sesudah latihan fisik (terutama saat cuaca dingin) berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas, berhubungan dengan paparan terhadap alergen seperti pollen dan bulu binatang.

    • Dada terasa berat

  • Pemeriksaan fisik dijumpai :

    • Oleh karena serangan asma yang bervariasi (ringan sampai berat), pemeriksaan fisik bisa saja dijumpai normal.

    • Penemuan abnormal biasanya wheezing dan ekspirasi memanjang pada auskultasi

    • Sianosis, gelisah, sulit berbicara, takikardi, hiperinflasi dada dan penggunaan otot bantu pernafasan.

  • Pasien biasanya memiliki riwayat atopic atau riwayat keluarga asma atau penyakit atopi.


Laboratorium

  • Pemeriksaan darah rutin, KGD

  • Radiologis

  • Pemeriksaan fungsi paru menggunakan spirometry, peak expiratory flow.

  • Pemeriksaan status alergi atau hiperesponsif saluran nafas.


Diagnosa Banding

Diagnosa banding yang dapat dipikirkan adalah :

  • Asma

  • Penyakit paru obstruktif terutama PPOK

  • Penyakit paru non-obstruktif (diffuse parenchymal lung disease)

  • Aspirasi benda asing

  • Kelainan jantung


Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

Penatalaksanaan asma akut berat (status asmatikus) pada anak


Oksigen

Oksigen yang diberikan bertujuan untuk mencapai saturasi oksigen yang adekuat pada pasien asma. Tidak ada studi yang mengevaluasi berapa nilai saturasi yang adekuat pada serangan asma akut, namun guidelines terbaru merekomendasikan saturasi oksigen harus dijaga di atas 95%. Oksigen dapat diberikan melalui masker atau nasal kanul, dan jumlahnya harus disesuaikan dengan melihat saturasi oksigen.

Cairan

Serangan asma akut pada anak biasanya disertai intake cairan yang kurang dan muntah yang oleh sebab itu selalu disertai dengan dehidrasi. Dehidrasi bisa meningkatkan asidosis metabolic, dan terapi cairan bisa dilakukan melalui pemberian oral (lebih disukai) atau melalui intravena. Kelebihan cairan yang akan menyebabkan edema pulmonum harus dihindari. Selain itu juga harus diperhatikan keseimbangan elektrolit.

Inhalasi β2-agonis


Inhalasi β2 agonists merupakan obat lini pertama pada penanganan asma akut. Inhalasi β2 agonists dapat diberikan secara inhalasi nebulizer atau melalui Metered Dose Inhaler (MDI).
  • Dosis salbutamol dengan nebuliser adalah 0,1 – 0,15 mg/kg BB yang diencerkan dalam 2-5 ml NaCl 0,9% dengan interval 20 menit dengan dosis maksimum 5 mg/dosis atau nebulasi terus– menerus 0,3 – 0,5 mg/kg BB/jam maksimum 15 mg/jam. Pasien yang tidak respon dengan 2 kali inhalasi ( MDI dan spacer ) atau nebuliser dikatagorikan sebagai “non responder” dan pada inhalasi ke 3 bisa ditambahkan ipratoprium bromida.
  • Albuterol tersedia dalam Nebulizer solution 0,63 mg/ml, 1,25 mg/ml, 2,5 mg/ml, dan 5 mg/ml. Dosis yang direkomendasikan untuk anak adalah 0,15 mg yang diencerkan dalam 2-5 ml NaCl 0,9%.
  • Serangan ringan dapat diberi salbutamol atau albuterol MDI 2 – 4 puf tiap 3 – 4 jam, serangan sedang: 6 – 10 puf tiap 1 – 2 jam, serangan berat perlu 10 puf . Pemberian obat beta agonis secara intravena secara teori berguna pada serangan asma berat dimana dengan cara inhalasi mungkin obat beta agonis sulit mencapai jalan nafas distal dari obstruksi ; meskipun demikian pada beberapa penelitian tidak terdapat beda signifikan efek bronkodilatasi antara yang diberi secara IV dan inhalasi. Dosis salbutamol IV dapat dimulai 0,2 mcg/kg BB/mnt dan dinaikkan 0,1 mcg/kg tiap – tiap 15 menit dengan maksimal 4 mcg/kg BB/mnt. Terbutalin IV dosis 10 mcg/kg BB diberi dengan infus selama 10 menit dilanjutkan dengan 0,1 – 4 mcg/kg BB/jam dengan infus kontinyu.
  • Dosis salbutamol oral 0,1 – 0,15 mg/kg BB/dosis tiap 6 jam. Terbutalin oral 0,05 – 0,1 mg/kg BB/dosis tiap 6 jam. Fenoterol 0,1 mg/kg BB/dosis tiap 6 jam. Bila keadaan akut sudah teratasi obat β2 agonists dapat diganti dengan oral.
Efek samping dari ß2 agonis termasuk tremor dari otot – otot skeletal, sakit kepala, agitasi dan palpitasi, takikardi. Bisa terjadi imbalans dari ventilasi dan perfusi oleh karena adanya peningkatan perfusi ( sirkulasi ) yang melewati paru–paru yang masih under-ventilated, sehingga terjadi hipoksemia ; juga bisa terjadi hipokalemia.

Inhalasi antikolinergik

Guidelines terbaru asma pada anak merekomendasikan inhalasi ipratropium bromide sebagai terapi tambahan β2-agonis. Kombinasi antara nebulasi ß2 agonis dan anti kolinergik ( ipratropium bromide ) akan memberi efek bronkodilatasi yang lebih baik dari pada masing–masing obat sendiri–sendiri terutama pada satu jam pertama serangan. Ipratropium bromida dapat diberikan secara inhalasi nebulizer atau melalui Metered Dose Inhaler (MDI).
  • Ipratropium bromida tersedia dalam Nebulizer solution 0,025% (0,25 mg/ml) dan 0,05% (0,5 mg/ml). Dosis yang direkomendasikan untuk anak adalah 0,25 mg-0,5 mg yang diencerkan dalam 2-5 ml NaCl 0,9% yang diberikan 3 kali pada satu jam pertama (setiap 20 menit untuk 3 dosis yang selanjutnya pemberiannya tergantung kebutuhan.)
  • MDI tersedia dalam sedian 18 mcg/puff. Dosis yang direkomendasikan untuk anak adalah 4-8 puff setiap 20 menit sesuai kebutuhan untuk 3 jam.
  • Juga tersedia kombinasi Ipratropium dengan Salbutamol atau albuterol.

Sebaiknya diberikan setelah 2 kali nebulasi ß2 agonis selang 20 menit tidak ada atau kurang respon. Kombinasi ini dianjurkan diberikan lebih dulu sebelum diberikan methyl xanthin. Efek samping kekeringan di mulut (minimal) atau rasa tidak enak di mulut, secara umum tidak efek samping yang berarti.

Kortikosteroid

Peningkatan respon inflamasi merupakan bagian utama dari patofisiologi asma. Guidelines merekomendasikan anak dengan asma moderat atau berat harus diberikan sistemik steroid sebagai terapi awal. Pemberian kortikosteroid bisa mencegah progresifitas dari asma, mencegah MRS, mengurangi simtom dan memperbaiki fungsi paru juga memperbaiki respon bronkodilatasi dari ß2 agonis. Pemberian glukokortikosteroid sistemik paling tidak perlu waktu 4 jam untuk mencapai perbaikan klinis dan efek maksimum diperlukan waktu 12 – 24 jam. Walaupun tidak dijumpai perbedaan efektivitas klinis antara oral dan intravena, namun pemberian intravena lebih disukai karena keadaan pasien yang sulit menelan.

Pada kasus–kasus asma yang MRS diperlukan pemberian kortikosteroid secara intravena (IV). Methyl prednisolon merupakan pilihan utama oleh karena penetrasi kejaringan paru yang lebih baik, efek anti inflamasi yang lebih besar juga efek mineralokortikoid yang minimal. Dosis yang dianjurkan : methyl prednisolon 1 mg/kg BB IV tiap–tiap 4 – 6 jam. Hidro kortisone 4 mg/kg BB IV tiap–tiap 4 – 6 jam. Dexa metasone 0,5 - 1 mg/kg BB bolus dilanjutkan 1 mg/kg BB/hari diberikan tiap–tiap 6 – 8 jam. Bila keadaan akut sudah reda pemberian kortikosteroid dilanjutkan peroral. Dosis yang direkomendasikan adalah 1-2 mg/kg prednisone peroral diberikan 2 – 3 kali sehari selama 3 – 5 hari atau Dexametason oral 0,6 mg/kg BB/hari diberikan 2 kali sehari

Pemakaian steroid dengan inhalasi tidak bermanfaat untuk serangan asma, jadi tidak dianjurkan. Ada yang berpendapat steroid nebulasi dapat digunakan untuk serangn berat, namun perlu dosis sangat tinggi (1600 mcg), tetapi belum banyak kepustakaan yang mendukung.

Adrenalin (epinefrin)

Pada umumnya tidak lagi di rekomendasikan pada pengobatan serangan asma, kecuali bilamana tidak ada obat–obat ß2 agonis selektif atau pada pasien yang tidak berespon terhadap terapi kontinu ß2 agonis atau pada pasien yang tidak kooperatif (penurunan kesadaran, depresi pernafasan, apnoe, atau koma) . Terutama diberikan bila ada reaksi anafilaksis atau angioedema. Epinefrin dapat diberikan secara subkutan, intravena, inhalasi aerosol atau melalui ETT .

Epinefrin dapat diberikan subkutan dengan dosis 0,01 mg/kgBB (1:1000) maksimum 0,3-0,5 mg yang dapat diberikan setiap 20 menit maksimal 3 kali pemberian.Pemberian infuse epinefrin sebaiknya dilakukan oleh ahli. Dosis 0,02 mg/menit.

Adrenalin subkutan mempunyai onset 5–15 menit, efek puncak 30 – 120 menit, durasi efek 2 – 3 jam. Efek samping oleh karena selain stimulasi reseptor adrenergik ß2 juga terjadi stimulasi reseptor ß1 dan reseptor α, bisa didapatkan sakit kepala, gelisah, palpitasi, takiaritmia, tremor, hipertensi. Pemberian aerosol ephineprine efeknya kurang menguntungkan karena durasi efek bronkodilatatasinya hanya 1 – 1,5 jam dan efek samping terutama pada jantung dan CNS.

Aminophylline

Aminofilin merupakan terapi lini kedua yang memiliki efek bronkodilator yang lemah, memiliki indeks teraupetik sempit, sehingga sering menimbulkan efek samping. Aminofilin memiliki efek bronkodilator lemah, penigkatan kontraktilitas diafragma, diuresis, dan efek antiinflamasi. Walaupun berdasarkan studi terbaru pemberian aminofilin bersamaan dengan terapi konvensional (β2 ditambah steroid) tidak memberikan perbaikan yang signifikan atau bahkan pada beberapa guidelines tidak menganjurkan. Namun biasanya jika terapi lini pertama kurang tidak adekuat atau gagal, dapat menambahkan pemberian aminofilin. Cara pemberiannya adalah pertama dengan pemberian bolus loading dose 3-6 mg/kg dilarutkan dalam 20 cc D5% atau NaCl 0,9% yang diberikan perlahan-lahan dalam 20-30 menit. Selanjutnya aminofilin dosis rumatan dosis infusion 0,2-0,9 mg/kg/hari. Serum teofilin harus dipantau dan monitor ECG harus dilakukan.

Magnesium Sulfate

Akhir – akhir ini pemberian magnesium sulfas dianjurkan sebagai terapi sistemik pada status asmatikus. Jadi dapat dipertimbangkan pada perawatan di ICU pada anak – anak serangan asma berat, terutama yang tidak ada / kurang respon dengan kortikosteroid sistemik dan nebulasi berulang dengan ß2 agonis dan aminophilin. Beberapa teori yang menerangkan efek bronkodilatornya melalui perannya di dalam regulasi komplek adenyl cyclase dari ß2 reseptor, suatu cofactor dalam system enzim yang mengatur keluar masuknya Na dan K via membran sel. Juga sebagai “calsium channel blocker“ efek sedatif, mengurangi pelepasan asetil kolin pada ujung – ujung saraf juga stabilisasi sel mast. Dosis 25 – 50 mg/kg BB/hari diberikan secara infuse lambat. Kadar magnesium sebaiknya di cek setiap 6 jam, infus magnesium harus ditritasi menjaga kadar antara 3,5 – 4,5 meq/dl. Efek samping : kelemahan otot, deep tendon reflex yang menurun, hipotensi, takikardi, mual, muntah–muntah, flushing dari kulit disritmia jantung.

Nebulasi salbutamol dengan magnesium sulfas isotonic pada suatu laporan pendahuluan menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada salbutamol dengan normal saline, namun penggunaan magnesium sulfas isotonic belum bisa di rekomendasikan untuk dipakai secara rutin sampai ada penelitian lebih lanjut

Referensi

  1. Obat-obat pada Serangan Asma (DRUGS FOR ASTHMA ATTACK) Makmuri MS, Landia Setiawati, Gunadi Santosa LAB/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair / RSUD Dr. Soetomo Surabaya

  2. https://www.britthoracic.org.uk/Portals/0/Clinical%20Information/Asthma/Guidelines/asth a%20qrg%202008%20FINAL.pdf .British Guidelines on the Management of Asthma

  3. Scandinavian Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine Emergency presentation and management of acute severe asthma in children

  4. http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/asthma/asthgdln.pdf

  5. http://emedicine.medscape.com/article/806890-treatment

  6. http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/asthma/asthgdln.pdf

  7. Epinephrine for the Treatment of Asthma Roberts, James R. MD at http://www.emergency medicine newys

  8. Near-Fatal Asthma: Recognition and Management: Systemic Epinephrine and Terbutaline at Medscape today


Key Techniques in Orthopaedic Surgery




Jenis Buku : Orthopaedic

Judul Buku : Key Techniques in Orthopaedic Surgery

Bahasa : Inggris

Penulis : Steven H. Stern, M.D.

Terbit : 2001 Thieme



Buku ini terdiri dari 9 bab. Pertama “Shoulder and Arm” Bagian kedua”Elbow and Forearm”. Bagian ketiga adalah “Wrist and Hand”. Bagian keempat adalah “Hip and Femur”. Bagian kelima adalah Knee and Leg”. Bagian keenam adalah “Ankle and Foot”. Bagian ketujuh adalah “Spine”. Bagian kedelapan adalah “Pediatrics” dan yang terakhir adalah” Miscellaneous”
Femoral and Tibial Traction Pin Placement. Textbook ini wajib anda miliki dan baca terutama bagi anda yang menyukai bedah.

Baca selengkapnya untuk mendapatkan link downloadnya.


Download (gabungkan dengan menggunakan program WINRAR-tanpa password)

Techniques.in.Orthopaedic.Surgery.part1.rar
Techniques.in.Orthopaedic.Surgery.part2.rar
Techniques.in.Orthopaedic.Surgery.part3.rar
Techniques.in.Orthopaedic.Surgery.part4.rar


Kamis, 11 Februari 2010

Williams Obstetrics 23rd Edition


  • Jenis Buku : OBGYN

  • Judul Buku : Williams Obstetrics 23rd Edt

  • Bahasa : Inggris

  • Penulis : F. Gary Cunningham, Kenneth J. Leveno, Steven L. Bloom, John C. Hauth, Dwight J. Rouse, Catherine Y. Spong

  • Terbit : 2009 The McGraw-Hill Companies




Download buku ini disini (gabungkan kedua bagian ini menggunakan program WINRAR- tidak memerlukan password)

WilliamsObstetrics_23rdEdition.part1.rar.

WilliamsObstetrics_23rdEdition.part2.rar.

Rabu, 10 Februari 2010

Mau Terhindar Kanker Paru? Makanlah Kedelai!



Berhenti merokok adalah keputusan bijak jika Anda ingin terhindar dari risiko mengidap kanker paru-paru. Akan tetapi, risiko mungkin dapat lebih ditekan lagi jika Anda juga doyan memakan kedelai.

Riset terbaru yang dimuat American Journal of Clinical Nutrition menemukan, pria yang tidak merokok dan rajin mengasup kedelai berisiko lebih rendah mengidap kanker paru-paru. Peneliti mencatat, senyawa dalam kedelai yang disebut isoflavon diduga memiliki peran penting sebagai zat antikanker. Isoflavon, yang telah dikenal berperan mirip estrogen, dapat melindungi tubuh dari hormon-hormon pemicu kanker, terutama kanker payudara dan prostat. Dari riset terungkap, jaringan paru-paru menunjukkan reaksi yang baik terhadap isoflavon.

Kesimpulan itu diperoleh setelah Dr Taichi Shimazu dari National Cancer Center di Tokyo, Jepang, dan rekannya mempelajari lebih dari 36.000 pria dan lebih dari 30.000 perempuan. Responden berusia 45 tahun sampai 74 tahun dan terbebas dari kanker pada awal studi.

Para peneliti itu memantau kualitas makanan, status merokok, sejarah medis, dan faktor gaya hidup mereka pada 1995 dan 1999. Lalu, perkembangan responden diikuti selama 11 tahun. Hasilnya, rata-rata kanker paru-paru di kalangan mereka kecil. Tercatat 481 pria—atau sebanyak satu dari 75 orang. Sementara pada wanita ada 178 yang didiagnosis kanker paru atau satu di antara 225 orang.

Rata-rata kanker paru naik pada 13.000 pria yang tak pernah merokok. Terdapat 22 kasus kanker paru-paru di kalangan pria yang mengonsumsi paling sedikit kedelai dan hanya 13 kasus kanker paru-paru di antara mereka yang mengonsumsi paling banyak kedelai. Shimazu mengatakan, konsumsi kedelai dari makanan kaum laki-laki sangat beragam, dari sebanyak 34 sampai sebanyak 162 gram per hari.

Setelah memperhitungkan sejumlah faktor, risiko kanker paru pada responden yang paling banyak mengonsumsi kedelai bisa berkurang hingga setengahnya dibandingkan kelompok yang paling sedikit mengonsumsinya. Di kalangan perempuan, kasus kanker paru tercatat lebih sedikit sehingga para peneliti tak menarik kesimpulan mengenai risiko yang mereka hadapi.

Para peneliti mencatat, bagi pria tampaknya bukan konsumsi kedelai yang membuat risiko kanker menjadi rendah. Pria yang mengonsumsi kedelai lebih mungkin terlibat kegiatan lain yang menekan risiko kanker atau barangkali lebih mungkin untuk mengonsumsi makanan lain yang sehat. Akan tetapi, faktor tersebut memang banyak memengaruhi.

Riset sejauh ini tak mendata penggunaan suplemen isoflavon juga tidak meneliti pajanan terhadap asap rokok. Itu berarti temuan ini harus dikonfirmasi di kalangan pendudukan Jepang dan yang lain, demikian kesimpulan para peneliti.

Dikutip dari Kompas.com

Selasa, 09 Februari 2010

Basic Surgical Techniques, Fifth Edition






Jenis Buku : Surgery

Judul Buku : Basic Surgical Techniques

Bahasa : Inggris

Penulis : R.M. Kirk , MS FRCS

Terbit : 2002 Churchill Livingstone


Buku ini terdiri dari 13 bab, yaitu : Handling yourself, Handling instruments, Handling ducts and cavities, Handling blood vessels, Handling skin, Handling connective and soft tissue, Handling bone, Handling dissection, Handling bleeding, Handling drain, Handling infeksion, and Handling minimal access surgery.

Buku ini tidak berisi tentang “Apa yang harus dilakukan” tetapi bertujuan menjelaskan “Bagaimana Anda Melakukannya” tentang manipulasi langkah-langkah yang yang biasa dilakukan pada operasi. Textbook ini wajib anda miliki dan baca.
Baca selengkapnya untuk mendapatkan link download gratis.

full download BasicSurgicalTechniques.pdf.html 48,5 MB

atau
(Gabungkan semuanya menggunakan program WINRAR-tanpa password)
BasicSurgicalTechniques.part1.rar
BasicSurgicalTechniques.part2.rar
BasicSurgicalTechniques.part3.rar
BasicSurgicalTechniques.part4.rar


"Softdrink" Sebabkan Kanker?


Peringatan untuk Anda para penyuka minuman soda. Studi terkini menyebutkan, orang yang minum dua kaleng atau lebih minuman softdrink yang mengandung gula berisiko terkena kanker pankreas. Meski kasus kanker ini jarang, kanker pankreas termasuk mematikan.

Meski sama-sama mengandung gula, ternyata risiko kanker tersebut tidak ditemukan pada penyuka minuman jus buah. Ketua peneliti, Mark Pereira dari University of Minnesota, Amerika Serikat, berpendapat, gula bisa menjadi biang keladi penyakit, tetapi penyuka softdrink mungkin memiliki gaya hidup tidak sehat.

“Tingginya kadar gula dalam minuman bersoda mungkin meningkatkan kadar insulin dalam tubuh yang kami yakini menyebabkan pertumbuhan sel-sel kanker, “ kata Pereira. Insulin, yang membanatu tubuh mengatur glukosa dihasilkan di pankreas.

Sebanyak 60.000 pria dan wanita Singapura menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan selama 14 tahun itu. Selama periode tersebut, 140 responden menderita kanker pankreas. Mereka yang minum dua kaleng atau lebih softdrink setiap minggu memiliki resiko 87 % lebih tinggi menderita kanker pancreas.

Meski dilakukan di negara kecil, Pereira mengatakan, hasil studi ini bisa diaplikasikan di negara lain. "Singapura adalah negara kaya dengan sistem kesehatan yang baik. Kegemaran penduduknya adalah makan dan belanja sehingga hasil riset ini juga bisa dipakai oleh penduduk di Negara Barat,” katanya.

Susan Mayne dari Yale Cancer Center dari Yale University, AS, memberikan pandangan berbeda pada hasil penelitian ini. “Kesimpulan dibuat pada contoh kasus yang kecil dan tidak jelas apakah ada hubungan sebab akibat.

Mayne menyatakan, kanker disebabkan oleh multifaktor, tidak bisa disebutkan satu faktor saja. "Tingginya konsumsi softdrink di Singapura juga diikuti dengan kebiasaan buruk lain, seperti merokok dan makan daging," ujarnya. Beberapa literatur menyatakan, kanker pankreas berkaitan dengan konsumsi daging merah.

Sumber : Kompas.com

Senin, 08 Februari 2010

ECG NOTES


Jenis Buku : Kardiologi/ECG

Judul Buku : ECG NOTES. Interpretation and Management Guide

Bahasa : Inggris

Penulis : Shirley A. Jones, MS Ed, MHA, EMT-P

Terbit : 2005



Buku ini terdiri dari 8 bagian, yaitu : Basic, ECGs, 12-Lead, Meds/Skills, CPR, ACLS, Test Strips, dan Tools . Buku ini adalah buku saku, bukan buku text book, jadi buku ini merupakan ringkasan sehingga sebaiknya sebelum membaca sudah mengetahui ECG terlebih dahulu. Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF)



Sabtu, 06 Februari 2010

Urolithiasis


  • Jenis Buku : Urology

  • Judul Buku : Urolithiasis. Medical and Surgical Management

  • Bahasa : Inggris

  • Penulis : Margaret S Pearle, M.D., Ph.D

  • Terbit : 2009


Buku ini terdiri dari 3 bab, yaitu : Metabolic Aspects of Stone Disease, Surgical Management of Stone Disease, dan Pediatric Stone Management resuscitation. Buku ini mengupas tuntas semua yang perlu anda ketahui tentang urolithiasis. Textbook ini wajib anda miliki dan baca.
Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF)

Jumat, 05 Februari 2010

Keracunan Baygon


Pendahuluan

Organopospat dan karbamat banyak terdapat dalam insektisida. Bahan kimia organopospat dan karbamat bekerja dengan menghambat asetilkolinesterase yang akan mengakibatkan penumpukan asetilkolin pada reseptor muskarinik dan nikotinik. Organopospat berikatan secara irreversible, sedangakan karbamat berikatan reversible. Perbedaan ini nantinya akan membedakan bagaimana penatalaksanaannya.
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya. Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF) (DOC)

Penyebab

Insektisida golongan karbamat

Gambaran Klinis

Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena depresi pernafasan.

  1. Efek muskarinik (parasimpatik) berupa :

  2. Miosis (pinpoint), Hipersalivasi, lakrimasi, Hipersekresi bronchial, Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram perut., Inkontinensia urin, Pandangan kabur, Bradikardi


  3. Efek nikotinik berupa :

  4. Fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis, ataksia, takikardi (hipertensi)

  5. Efek SSP berupa :

  6. Sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresi pernafasan.

  7. Efek pada kardiovaskularbergantung pada reseptor mana yang lebih dominan


Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat kontak dengan insektisida, pemeriksaan klinis dan menyeluruh dan terakhir pemeriksaan laboratorium.

Penatalaksanaan

  1. General Management

  2. a. Airways : jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.
    b. Breathing : beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi
    c. Circulation : pasang IV line, pantau vital sign.

  3. Spesifik terapi

    1. Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon aktif. Direkomendasikan pada kasus yang mengancam. Efektif jika <>
    2. Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25 – 100 gr dalam 300-800 ml. Dosis <>


  4. Pharmacologic terapi

    1. First line

    2. Atropine :
      • ≥ 12 tahun : 2-4 mg IV setiap 5-10 menit sampai atropinisasi. Dosis pemeliharaan 0,5 mg/30 menit atau 1 jam atau 2 jam atau 4 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 50 mg/24 jam. Pertahankan selama 24-48 jam.
      • <>Supportif :
      • Diazepam 5-10 mg IV bila kejang

      • Furosemide 40-160 mg bila ronki basah basal muncul




Kamis, 04 Februari 2010

Gout


Definisi

Gout merupakan penyakit radang sendi yang terjadi akibat deposisi kristal mono sodium urat pada persendian dan jaringan lunak.

Gout (pirai) adalah penyakit yang sering ditemukan, merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan metabolism berupa hiperurisemia. Manifestasi klinik deposisi urat meliputi arthritis gout, akumulasi kristal di jaringan yang merusak tulang (tofus), batu urat, dan nefropati gout.
Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF), (DOC)

Penyebab

Penumpukan asam urat didalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi asam urat yang meningkat, pembuangannya melalui yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan yang kaya akan purin.

Penyebab hiperurisemia sebagai suatu proses metabolik yang bisa menimbulkan manifestasi gout, dibedakan menjadi penyebab primer, penyebab sekunder dan idiopatik. Penyebab primer berarti tidak ada penyakit atau sebab lain, berbeda dengan kelompok sekunder yang didapatkan adanya penyebab yang lain, baik genetik maupun metabolik. Pada 99% kasus gout dan hiperurisemia adalah penyebab primer, ditemukan kelainan molekuler yang tidak jelas (undefined) meskipun diketahui adanya mekanisme undersecretion pada 80-90% kasus dan overproduction pada 10-20% kasus.

Sedangkan kelompok hiperurisemia dan gout sekunder, bisa melalui mekanisme overproduction, seperti ganguan metabolism purin pada defisiensi enzim gucose-6-phosphatase atau fructose-1-phospate aldolase. Hal yang sama juga terjadi pada keadaan infark miokard, status epileptikus, penyakit hemolisis kronis, polisitemia, psoriasis, keganasan mieloproliferatif dan limfoproliferatif; yang mening¬katkan pemecahan ATP dan asam nukleat dari inti sel. Sedangkan mekanisme undersecretion bisa ditemukan pada keadaan penyakit ginjal kronik, dehidrasi, diabetes insipidus, peminum alkohol, myxodema, hiperparatiroid, ketoasidosis dan keracunan berilium. Selain itu juga dapat terjadi pada pemakaian obat seperti diuretik, salisilat dosis rendah, pirazinamid, etambutol dan siklosporin.

Patogenesis Gout

Kadar asam urat dalam serum merupakan hasil keseimbangan antara produksi dan sekresi. Dan ketika terjadi ketidakseimbangan dua proses tersebut maka terjadi keadaan hiperurisemia, yang menimbulkan hipersaturasi asam urat yaitu kelarutan asam urat di serum yang telah melewati ambang batasnya, sehingga merangsang timbunan urat dalam bentuk garamnya terutama monosodium urat di berbagai tempat/jaringan. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur yang lebih rendah seperti pada sendi perifer tan¬gan dan kaki, dapat menjelaskan kenapa kristal MSU (monosodium urat) mudah diendapkan di pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan kristal MSU pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah tersebut.

Awal serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat serum, meninggi atau menurun. Pada kadar asam urat yang stabil jarang muncul serangan. Pengobatan dengan allopurinol pada awalnya juga dapat menjadi faktor yang mempresipitasi serangan gout akut. Penurunan asam urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari depositnya di sinovium atau tofi (crystals shedding). Pelepasan kristal MSU akan merangsang proses inflamasi dengan mengaktifkan kompleman melalui jalur klasik maupun alternatif. Sel makrofag (paling penting), netrofil dan sel radang lain juga teraktivasi, yang akan menghasilkan mediator-mediator kimiawi yang juga berperan pada proses inflamasi

Gambaran Klinis

Gambaran klinik dapat berupa:

  1. Hiperurisemia asimptomatik

  2. Hiperurisemia asimptomatik adalah keadaan hiperurisemia (kadar asam urat serum tinggi) tanpa adanya manifestasi klinik gout. Fase ini akan berakhir ketika muncul serangan akut arthritis gout, atau urolitiasis.

  3. Arthritis gout, meliputi 3 stadium:

  4. 2.1. Artritis gout akut
    Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada laki-laki, dan setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25 tahun merupakan bentuk tidak lazim. Pada 85-90% kasus, serangan berupa arthritis monoartikuler dengan predileksi MTP-1 yang biasa disebut podagra. Gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sen¬di yang sangat akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apapun, kemudian bangun tidur terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai keluhan sistemik berupa demam, meng¬gigil dan merasa lelah, disertai lekositosis dan peningkatan laju endap darah. Sedangkan gambaran radiologis hanya di¬dapatkan pembengkakan pada jaringan lunak periartikuler. Keluhan cepat membaik setelah beberapa jam bahkan tanpa terapi sekalipun.
    Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi yang adekuat, serangan dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti pergelangan tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku, atau bahkan beberapa sendi sekaligus. Serang-an menjadi lebih lama durasinya, dengan interval serangan yang lebih singkat, dan masa penyembuhan yang lama. Fak¬tor pencetus serangan akut antara lain trauma lokal, diet tinggi purin, minum alkohol, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian diuretik, pemakaian obat yang mening¬katkan atau menurunkan asam urat.

    2.2. Stadium interkritikal
    Stadium ini merupakan kelanjutan stadium gout akut, dima¬na secara klinik tidak muncul tanda-tanda radang akut, mes-kipun pada aspirasi cairan sendi masih ditemukan kristal urat, yang menunjukkan proses kerusakan sendi yang terus berlangsung progresif. Stadium ini bisa berlangsung bebe-rapa tahun sampai 10 tahun tanpa serangan akut. Dan tanpa tata laksana yang adekuat akan berlanjut ke stadium gout kronik.

    2.3. Artritis gout kronik = kronik tofaseus gout
    Stadium ini ditandai dengan adanya tofi dan terdapat di poliartikuler, dengan predileksi cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendon Achilles dan jari tangan. Tofi sendiri tidak menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi di sekitarnya, dan menyebabkan destruksi yang progresif pada sendi serta menimbulkan deformitas. Selain itu tofi juga se-ring pecah dan sulit sembuh, serta terjadi infeksi sekunder. Kecepatan pembentukan deposit tofus tergantung beratnya dan lamanya hiperurisemia, dan akan diperberat dengan gangguan fungsi ginjal dan penggunaan diuretik. Pada beberapa studi didapatkan data bahwa durasi dari serang-an akut pertama kali sampai masuk stadium gout kronik berkisar 3-42 tahun, dengan rata-rata 11,6 tahun. Pada sta¬dium ini sering disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal menahun/gagal ginjal kronik. Timbunan tofi bisa ditemukan juga pada miokardium, katub jantung, system konduksi,beberapa struktur di organ mata terutama sklera, dan laring.
    Pada analisa cairan sendi atau isi tofi akan didapatkan Kristal MSU, sebagai kriteria diagnostik pasti. Gambaran radiologis didapatkan erosi pada tulang dan sendi dengan batas sklerotik dan overhanging edge.
  5. Penyakit ginjal

  6. Sekitar 20-40% penderita gout minimal mengalamai albuminuri sebagai akibat gangguan fungsi ginjal. Terdapat tiga bentuk ke-lainan ginjal yang diakibatkan hiperurisemia dan gout:
    1. Nefropati urat, yaitu deposisi kristal urat di interstitial medulla dan pyramid ginjal, merupakan proses yang kronik, ditandai dengan adanya reaksi sel giant di sekitarnya.
    2. Nefropati asam urat, yaitu presipitasi asam urat dalam jumlah yang besar pada duktur kolektivus dan ureter, sehingga me-nimbulkan keadaan gagal ginjal akut. Disebut juga sindrom lisis tumor, dan sering didapatkan pada pasien leukemia dan limfoma pasca kemoterapi.
    3. Nefrolitiasis, yaitu batu ginjal yang didapatkan pada 10-25% dengan gout primer.


Diagnosis Banding


  1. Gout

  2. Rheumatoid arthritis

  3. Pseudogout

  4. Septik arthritis

  5. Hemarthrosis


Diagnosis

Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis dan laboratorium. Diagnosis yang definitif/gold standard, yaitu ditemukannya kristal urat (MSU) di cairan sendi atau tofus. Untuk memudahkan penegakan diagnosis arthritis gout akut, dapat digunakan kriteria dari ACR (American College of Rheumatology) :

A. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau
B. Adanya tofus yang berisi kristal urat, atau
C. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris dan radiologis berikut:
  1. Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut

  2. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu satu hari

  3. Arthritis monoartikuler

  4. Kemerahan pada sendi

  5. Bengkak dan nyeri pada MTP-1

  6. Artritis unilateral yang melibatkan MTP-1

  7. Artritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal

  8. Kecurigaan adanya tofus

  9. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)

  10. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)

  11. Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi


Yang harus menjadi catatan, adalah diagnosis gout tidak bisa digugurkan meskipun kadar asam urat darah normal.

Penatalaksanaan


Serangan Akut

Tujuan penatalaksanaan :
• Meredakan nyeri akut dan keluhan lainnya yang disebabkan inflamasi dengan secepatnya

Dalam hal ini, obat pilihan adalah anti inflamasi non-steroid (OAINS), kolkisin, and glukokorticoid. Terapi yang efektif tidak selalu ditentukan oleh agen yang dipakai, namun lebih kepada berapa cepat agen diberikan pada saat serangan. Dosis tunggal yang diberikan pada menit pertama serangan, bisa meredakan gejala dan menghentikan serangan. Namun sebaliknya bila pengobatan tidak diberikan dalam 48 jam pertama , kontrol nyeri mungkin lambat bisa dalam 2 hari. Bila gejala mulai mereda, agen yang dipakai tetap diteruskan dengan dosis yang sudah diturunkan selang 48-72 jam.

  1. Pada keadaan serangan akut pemberian kompres dingin dapat membantu mengurangi keluhan nyeri. Semua yang mening¬katkan dan menurunkan asam urat harus dikendalikan. Tidak diperbolehkan minum alkohol. Penggunakan obat penurun asam urat dihindari, kecuali sebelumnya sudah mengkonsumsinya secara rutin, maka harus diteruskan dan tidak boleh dihentikan

  2. Terapi dengan obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) menjadi pilihan utama untuk diberikan pada serangan akut karena sangat ditolerir dengan baik. OAINS oral kerja cepat dengan dosis maksimal merupakan pilihan pertama sepanjang tidak ada kontraindikasi. Pada pasien dengan peningkatan resiko ulkus peptikum, perdarahan atau perforasi, OAINS selektif inhibitor siklooksigenase-2 dapat diberikan sebagai alternative bila AINS nonselektif siklooksigenase inhibitor dikontraindikasikan ditambah dengan agen gastroprotektif.

  3. Kolkisin dapat dipakai sebagai alternative pengganti OAINS namun bekerja lebih lambat dan kurang ditolerir. Oleh karena efek sampingnya yang tidak mengenakkan (diare, mual, muntah, dan kram perut) kolkisin jarang digunakan. Secara tradisional dulu kolkisin digunakan pada serangan akut arthritis dengan dosis 0,5-0,6 mg tiap jam peroral sampai terjadi tiga hal yaitu (1) keluhan arthritis membaik;(2) muncul efek samping mual, muntah, diare; atau (3) sudah mencapai dosis maksimal sebanyak 10 dosis. Saat ini para ahli lebih menganjurkan pemberian 0,5-0,6 mg tiap 2-6 jam sehingga tidak menimbulkan banyak efek samping. Pem¬berian kolkisin intravena menjadi alternatif, namun dengan risiko efek samping yang lebih besar. Hati-hati pada gangguan fungsi ginjal

  4. Pemakaian kortikosteroid intrartikuler sangat bermanfaat pada arthritis monoartikuler akut atau yang melibatkan bursa. Dosis injeksi intraartikuler adalah 10-40 mg prednisone atau 10 mg triamsinolon. Sedangkan kortikosteroid sistemik oral, im, atau iv dapat digunakan terutama pada gangguan fungsi ginjal, atau pasien yang tidak toleran atau efektif dengan kolki¬sin dan OAINS. Dosis steroid yang diperlu¬kan sesuai dengan prednisone 20-60 mg per¬hari. Dosis ini biasanya diturunkan perlahan-lahan dalam 1-2 minggu setelah gejala membaik.

  5. Adreno¬corticotropic (ACTH) injeksi intramuskuler dapat mengatasi serangan akut pada pem¬berian pertama kali, meskipun kadang-kadang diperlukan pengulangan 24-48 jam kemudian.

  6. Allopurinol tidak diberikan pada serangan akut, namun pada pasien yang sebelumnya sudah memakai allopurinol, pemakaian harus dilanjutkan.
  7. Analgesik tambahan dapat diberikan bila rasa nyeri sangat berat.

  8. Jika menggunakan diuretik sebagai terapi hipertensi, perlu dipikirkan pemberian alternative lain terutama pada pasien dengan gagal jantung.



Penatalaksanaan Gout Rekurens, Interkritikal, dan Kronik /Kontrol Hiperur isemia

Tujuan penatalaksanaan :
• Mencegah serangan berulang
• Mencegah pembentukan tofus dan atritis destruktif

  1. Diet ; dianjurkan menurunkan berat badan, diet rendah purin, hindari alcohol atau makana tinggi purin. Perbanyak minum >2 liter sehari untuk mengurangi resiko pembentukan endapan di saluran kemih. Kurangi kegiatan fisik yang dapat mencederai sendi.

  2. Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia, seperti tiazid, diuretic, aaspirin, dan asam nikotinat yang menghambat ekskresi asam urat.

  3. OAINS dan kolkisin sering dipakai untuk profilaksis serangan akut berulang gout, dimana banyak terjadi pada saat memulai terapi penurun asam urat. Setelah serangan akut teratasi dan ketika hendak memulai terapi penurun asam urat sebaiknya diberikan profilaksis OAINS atau kolkisin bersamaan dengan terapi penurun asam urat. Dosis kolkisin untuk profilaksis adalah 0,5 mg dua kali sehari yang diberikan selama beberapa bulan. Sedangkan untuk OAINS harus dibatasi selama beberapa minggu (1 bulan).

  4. Obat penurun asam urat.
    Target terapi adalah menurunkan kadar asam urat serum sampai di bawah 6,8 mg/dL (lebih baik sampai 5-6 mg/dL).
    Jenis obat penurun asam urat yang pertama yaitu golongan xanthine oxidase inhibitor dengan cara kerja penghambatan oksidasi hipo-xantin menjadi xantin, dan xantin menjadi asam urat. Obat yang termasuk golongan ini adalah allopurinol. Allopurinol diberikan mulai dosis 100 mg/hari dan dinaikkan tiap minggu sampai tercapai tar¬get (rata-rata diperlukan minimal 300 mg/hari). Pada gangguan fungsi ginjal dosis harus disesuaikan.

    Sedangkan jenis obat penurun asam urat yang kedua yaitu golongan uricosuric agent, bekerja dengan cara menghambat reabsorsi urat di tubulus renalis. Yang paling sering dipakai adalah probenesid dan sulfinpirazon. Probenesid dengan dosis 0,5 g/hari ditingkatkan secara bertahap menjadi 1-3 g/hari dibagi 2-3 kali perhari. Sedangkan sulfinpirazon diberikan dengan do¬sis awal 100 mg/hari ditingkatkan secara bertahap menjadi 300-400 mg/hari dibagi 3-4 kali perhari. Pemakaian obat urikosurik ini lebih diindikasikan pada keadaan dengan ekskresi asam urat di urin <800>80ml/menit). Risiko batu ginjal semakin besar pada kadar asam urat di urin yang tinggi. Pada beberapa kasus yang sulit dikendalikan dengan obat tunggal, kombinasi uricosuric agent dan xanthine oxidase inhibitor dapat dibenarkan.

    Natrium Bikarbonat 2 tablet 3 x sehari, untuk membantu kelarutan asam urat.


Komplikasi

1. Tofus
2. Nephrolitiasis
3. Nephropaty
4. Gagal ginjal

Referensi

  1. Gout dan Hiperurisemia. Rudy Hidayat. Divisi Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

  2. Current Rheumatology Diagnosis and Treatment. 2nd Edition.

  3. GOUT (Penyakit Asam Urat)

  4. Gout. n engl j med 349;17 www.nejm.org October 23, 2003

  5. British Society for Rheumatology and British Health Professionals in Rheumatology Guideline for the Management of Gout


Alpukat, Sahabat Baik Si Jantung


Alpukat, Sahabat Baik Si Jantung

Alpukat (Persea Americana Mill) adalah buah yang kaya lemak. Di dalam alpukat terkandung lemak yang sehat, seperti asam lemak tak jenuh tunggal oleat yang bersifat antioksidan kuat.

Lemak ini membantu menurunkan kadar LDL (kolesterol jahat) dan menaikkan HDL (kolesterol baik) yang tentunya sangat diperlukan untuk kesehatan jantung. Selain itu, kandungan betakaroten, klorofil, vitamin E dan vitamin B kompleks juga ikut menjadi pelindung yang baik bagi kesehatan. Dengan begitu, buah yang berasal dari daerah Amerika Tengah dan Meksiko ini mampu menekan terjadinya resiko stroke dan serangan jantung.

Mengonsumsi alpukat dalam jumlah banyak terbukti memberikan dampak positif dalam kolesterol dalam darah. Dalam sebuah penelitian, mereka yang menderita hiperkolesterolemia dan melakukan diet ketat alpukat menunjukkan kadar kolesterol totalnya menurun 17 persen Kolesterol jahat maupun trigliserida juga menutun ke angka 22 persen, dan terjadi peningkatan kadar kolesterol baik (HDL) 11 persen. Selain tinggi lemak, alpukat juga kaya folat, potassium, vitamin B, E, K, dan serat.

Rabu, 03 Februari 2010

Kejang Demam


KEJANG DEMAM

DEFINISI:

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Biasanya terjadi pada bayi dan anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun, yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Definisi ini menyingkirkan kejang yang disertai penyakit saraf seperti meningitis, ensefalitis atau ensefalopati. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi yang ditandai dengan kejang berulang tanpa panas.

KLIK DISINI UNTUK MENDAPATKAN LINK DOWNLOAD GRATIS , (PDF), (DOC)

PATOGENESA

Mengapa seorang anak lebih peka mendapat serangan kejang dibandingkan dengan anak yang lain? Hal ini tidak diketahui dengan pasti. Faktor genetika diduga berperanan dalam meningkatkan kepekaan seorang anak mendapat serangan kejang. Meskipun cara penurunannya belum jelas, diduga secara autosomal dominan. Adanya kecenderungan kejang demam terjadi dalam keluarga, kemungkinan sebagai akibat diturunkannya sifat genetika, yaitu berupa menurunnya ambang rangsang terhadap kejang pada kenaikan suhu tubuh. Selain faktor genetika, faktor suhu, infeksi dan umur secara bersamaan juga memegang peranan penting. Demam pada kejang demam umumnya disebabkan oleh infeksi, yang sering terjadi pada anak-anak seperti, infeksi traktus respiratorius dan gastroenteritis. Perlu diketahui pada anak yang mengalami infeksi dan disertai demam; bila dikombinasikan dengan ambang kejang yang rendah maka anak tersebut akan mudah mendapatkan kejang. Kejang demam merupakan kelainan terbanyak di antara penyakit saraf pada anak. Angka kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Negara Asia dilaporkan angka kejadiannya lebih tinggi meningkat menjadi 10-15%.


KLINIS

Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berusia 6 bulan - 5 tahun. Kejang disertai demam pada bayi < 1 bulan tidak termasuk kejang demam. Jika anak berusia < 6 bulan atau > 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain seperti infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang saat demam, tidak termasuk dalam kejang demam.

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Kejang demam dibagi atas 2 jenis :

1.Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)

Kejang berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan umumnya berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% dari seluruh kejang demam

2.Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut :

  • Kejang lama > 15 menit

  • Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial

  • Berulang lebih dari sekali dalam 24 jam




  • PEMERIKSAAN PENUNJANG :

    Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin; dilakukan untuk evaluasi penyebab demam, atau keadaan lain; misalnya pemeriksaan darah perifer, elektrolit dan gula darah. Punksi lumbal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis; risiko meningitis bakterialis adalah 0.6% - 6.7 %. Jika yakin klinis bukan meningitis, tidak perlu dilakukan. Mengingat manifestasi klinis meningitis sering tidak jelas pada bayi ; maka pada:
    1. Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan punksi lumbal
    2. Bayi antara 12 - 18 bulan dianjurkan
    3. Bayi > 18 bulan tidak rutin

    EEG tidak direkomendasikan karena tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan risiko epilepsi di kemudian hari. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam tak khas; misalnya pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.

    Pencitraan seperti foto X ray, CT scan atau MRI kepala hanya
    dilakukan jika ada :
    1. Kelainan neurologik fokal menetap (misal hemiparesis)
    2. Paresis n.VI (n.abdusens) - bola mata tidak dapat melirik ke lateral
    3. Papiledema

    PENATALAKSANAAN

    Saat kejang

    Umumnya kejang berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Jika masih kejang diberikan diazepam intravena 0.3 - 0.5 mg/kg.bb iv diberikan dalam waktu 3 -­ 5 menit, dosis maksimal 20 mg. Atau diazepam per rektal 5 mg, untuk anak dengan berat badan < 10 kg,. dan 10 mg, jika berat badan > 10 kg. Atau diazepam per rektal 5 mg. untuk usia < 3 tahun dan 7.5 mg. untuk usia > 3 tahun. Jika setelah pemberian diazepam per rektal kejang belum berhenti, dapat diulang dengan dosis sama setelah selang waktu 5 menit. Jika setelah dua kali pemberian diazepam per rektal masih belum berhenti, dianjurkan ke rumah sakit.

    Di rumahsakit :
    Diberikan diazepam intravena 0.3 ­ 0.5 mg/kg.bb. Jika masih tetap kejang, berikan fenitoin intravena 10-20 mg/kg.bb/kali dengan kecepatan 1 mg/menit atau < 50 mg/menit. Jika berhenti dosis selanjutnya fenitoin 4-8 mg/kg.bb/hari dimulai 12 jam setelah dosis awal. Jika masih belum berhenti, rawat di ruang intensif.

    Pemberian obat saat demam

    Tidak ada bukti bahwa pemberian antipiretik mengurangi risiko kejang demam; tetapi dapat diberikan parasetamol dengan dosis 10 -15 mg/kg.bb/kali diberikan 4 kali sehari, tidak lebih dari 5 kali sehari. Obat lain ibuprofen dengan dosis 5-10 mg/ kgbb/kali, 3 -­ 4 kali sehari.Asam asetil salisilat tidak dianjurkan terutama pada usia < 18 bulan karena risiko sindrom Reye Diazepam oral 0.3 mg/kg.bb tiap 8 jam saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang demam pada 30% - 60 % kasus, begitu pula diazepam rektal 0.5 mg/kg.bb setiap 8 jam pada suhu > 38.5ºC. Hati ­hati dengan efek samping ataksia, iritabel dan sedasi berat yang terjadi pada 25% - 39% kasus.Fenobarbital, fenitoin dan karbamazepin saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.

    Pengobatan rumat/pencegahan/profilaksis

    Diberikan jika:
    1. Kejang lama > 15 menit

    2. Ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.

    3. Kejang fokal


    Dipertimbangkan jika :
    1. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
    2. Terjadi pada bayi < 12 bulan
    3. Kejang demam 4 kali/tahun

    Jenis obat :
    Pilihan pertama saat ini ialah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kg.bb/hari dibagi 2-3 dosis; atau fenobarbital 3-4 mg/kg. bb/hari dibagi dalam 1-2 dosis.Asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati pada sebagian kecil kasus terutama pada usia < 2 tahun; fenobarbital dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40% - 50% kasus.
    Lama pengobatan :
    Diberikan selama 1 tahun bebas kejang; kemudian dihentikan bertahap dalam 1-2 bulan.

    PROGNOSIS

    Risiko cacad akibat komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Ada penelitian retrospektif yang melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang. Kematian akibat kejang demam tidak pernah dilaporkan.

    Risiko berulang

    Faktor risiko berulangnya kejang demam :

    1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
    2. Usia < 12 bulan
    3. Suhu rendah saat kejang demam
    4. Cepatnya kejang setelah demam

    Jika semua faktor risiko ada , risiko berulang 80%; jika tidak ada hanya 10-15%. Sebagian besar berulang pada tahun pertama (setelah kejang).

    Risiko epilepsi

    Faktor risiko epilepsi adalah jika ada :
    1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.

    2. Kejang demam kompleks

    3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung.


    Masing-masing faktor risiko meningkatkan risiko epilepsi sampai 4% ­ 6%; kombinasi faktor risiko tersebut meningkatkan risiko epilepsi menjadi 10%­ 49%. Risiko epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat/profilaksis pada kejang demam.

    EDUKASI PADA ORANGTUA

    Orangtua sering panik menghadapi kejang karena merupakan peristiwa yang menakutkan.
    Kecemasan ini dapat dikurangi dengan antara lain:

    1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
    2. Memberitahukan cara penanganan kejang
    3. Memberi informasi tentang risiko kejang berulang
    4. Pemberian obat pencegahan memang efektif, tetapi harus diingat risiko efek samping obat

    Jika anak kejang, lakukan hal berikut :

    1. Tetap tenang dan tidak panik

    2. Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher

    3. Jika tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut dan/atau hidung. Walaupun ada risiko lidah tergigit, jangan masukkan apapun ke dalam mulut.

    4. Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk/sifat kejang

    5. Tetap bersama anak selama kejang

    6. Berikan diazepam per rektal. Jangan diberikan jika kejang telah berhenti.

    7. Bawa ke dokter atau rumahsakit jika kejang berlangsung 5 menit.


    REFERENSI

    • Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. UKK Neurologi IDAI, 2006.
    • Medicinus, scientific journal of pharmaceutical developmentand medical application. Volume 22, No. 3 / edisi September-November 2009/ ISSN 1979-391x.

    • Http;//www.kedokteran.ums.ac.id/kejang-demam.html

    • Buku saku anak, Medan –Juli 2007




    Efek Konsumsi Teh Bagi Kessehatan


    EFEK KONSUMSI TEH BAGI KESEHATAN



    Efek teh yang bermanfaat pada kesehatan telah didemonstrasikan pada studi eksperimental menggunakan hewan dan beberapa studi manusia. Dua penyakit yang paling intensif diinvestigasi adalah penyakit jantung dan kanker. Walaupun mekanisme aktivitas protektif dari teh terhadap penyakit tersebut telah diajukan, ada inkonsistensi dalam hubungan antara konsumsi teh dan risiko penyakit tersebut pada manusia.


    Banyak studi epidemiologik telah menginvestigasi efek konsumsi teh pada penyakit kardiovaskuler. Pada suatu studi jangka panjang di Belanda, konsumsi teh berhubungan dengan risiko kematian yang rendah akibat penyakit jantung koroner dan insidensi stroke yang rendah. Pada studi di Rotterdam, suatu hubungan terbaik konsumsi teh dengan keparahan aterosklerosis aortik telah diobservasi. Studi kesehatan di Boston menemukan bahwa subyek yang minum satu cangkir (200-250 ml) atau lebih teh hitam per hari memiliki kira-kira setengah risiko dari suatu serangan jantung dibanding dengan orang yang tidak minum the.

    Satu mekanisme yang diajukan untuk efek protektif yang mungkin dari the terhadap penyakit kardiovaskuler adalah bahwa polifenol teh menghambat oksidari LDL, yang diketahui terlibat dalam perkembangan aterosklerosis. Studi telah mengindikasikan bahwa konsumsi teh hitam telah memproteksi LDL terhadap oksidasi ex vivo. Polifenol teh berakumulasi pada partikel LDL setelah 3 hari konsumsi teh hijau atau hitam, tetapi level mereka tidak cukup untuk memperkuat resistensi terhadap oksidasi LDL.

    Aktivitas hipokolesterolemik dari teh dapat juga berkontribusi kepada proteksi terhadap penyakit jantung. Pada hewan yang diberi pakan tinggi lemak dan kolesterol, teh hijau, teh hitam, dan polifenol teh telah mencegah peningkatan lipida serum dan hati, telah menurunkan kolesterol total serum atau indeks aterogenik, dan telah meningkatkan ekskresi fekal dari lipida dan kolesterol total.
    Bila hamster diberi pakan lemak tinggi, hamster yang diberi minum teh hijau atau plifenol teh hijau memiliki kolesterol total serum dan level triasilgliserol yang rendah tetapi ekskresi lemak fekal yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol.

    Namun, studi epidemiologik dan uji pada manusia telah gagal untuk menunjukkan suatu efek yang menurunkan kolesterol serum dari konsumsi teh hijau atau hitam. Dari 13 studi epidemiologik, hanya empat yang melaporkan hubungan terbalik. Suatu mekanisme potensial lain mungkin melalui efek teh pada berat dan lemak tubuh.

    Observasi terbaru bahwa administrasi intragastrik teh hitam telah menghambat agregasi platelet dan telah mencegah thrombosis koronari eksperimental pada anjing dan bahwa konsumsi polifenol teh hijau telah menurunkan agregasi platelet yang terinduksi ADP yang memberikan suatu mekanisme yang mungkin untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler. Namun, ekstrak teh hijau yang ekuivalen dengan 10 cangkir (2 liter) teh untuk 4 minggu tidak memiliki efek signifikan pada beberapa indikator yang berhubungan ke penyakit kardiovaskuler.

    Teh hitam dan hijau telah menyebabkan peningkatan akut yang besar (30 menit setelah ingesti) pada tekanan darah daripada kafein sendiri. Namun, konsumsi teh reguler tidak mengubah tekanan darah.

    Teh dan kanker

    Teh telah dianggap sebagai suatu minuman pencegah kanker karena aktivitas seperti itu telah didemonstrasikan pada banyak model hewan. Model-model tersebut meliputi kanker kulit, paru, esofagus, lambung, hati, usus halus, pankreas, kolon, kantung kemih, prostat, dan kelenjar susu. Larutan teh biasanya diberikan kepada hewan sebagai sumber tunggal cairan minuman.

    Studi ekstensif pada tumorigenesis yang diinduksi cahaya UV dan bahan kimia sebagaimana tumor paru yang terinduksi bahan kimia dan yang terjadi spontan pada mencit telah mengindikasikan bahwa teh memiliki aktivitas inhibitori yang luas terhadap tumorigenesis dan efektif bila diadministrasikan selama tahap insiasi, promosi atau progresi karsinogenesis. Konklusi ini juga mungkin diaplikasikan pada model lain.
    Hasil yang bertentangan telah dilaporkan mengenai efek teh pada karsinogenesis kolon; penghambatan dan kurang hambatan keduanya telah dilaporkan. Penghambatan dari tumorigenesis kelenjar susu yang terinduksi secara kimiawi oleh teh telah diobservasi pada tikus yang diberi pakan berlemak tinggi. EGCG telah diperlihatkan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker payudara dan prostat manusia.

    Banyak mekanisme yang telah diajukan mengenai aksi inhibitori teh terhadap karsinogenesis. Mekanisme yang paling umum adalah aktivitas antioksidatif, tetapi banyak mekanisme yang lain juga penting. Efek antiproliferatif dari catechin teh telah didemonstrasikan pada model tumorigenesis paru dan kulit pada mencit. Hambatan tranformasi sel dan pertumbuhan sel oleh catechin dan theaflavin murni juga telah dilaporkan.

    Aktivitas itu telah dihubungkan ke hambatan aktivitas activator protein 1 (AP-1). Karena aktivasi AP-1 yang sering pada banyak kanker manusia, aksi ini mungkin dapat diaplikasikan untuk pencegahan kanker manusia. Penghambatan enzim yang berhubungan dengan promosi tumor, seperti ornithine decarboxylase, protein kinase C, lipoksigenase dan sikloosigenase oleh teh telah diperlihatkan. Hubungan antara penurunan lemak tubuh oleh teh dan hambatan tumorigenesis kulit telah diobservasi.
    Mencit yang minum teh hitam atau teh hijau memiliki tumor paru yang lebih sedikit dan berat yang kurang dibanding kontrol, walaupun mereka mengonsumsi jumlah makanan yang sama atau lebih. Berdasarkan aktivitas inhibitori yang bervariasi yang telah diobservasi pada model hewan yang berbeda dan kultur sel kanker yang berbeda, mungkin bahwa kandungan dan mekanisme teh yang multipel terlibat dalam hambatan karsinogenesis.


    Efek teh pada nutrisi

    Pada mencit kegemukan, konsumsi teh oolong selama 10 minggu telah mencegah kegemukan dan perlemakan. Absorpsi nutrien yang menurun dan pembakaran energi yang meningkat mungkin keduanya berkonstribusi pada efek tersebut. Ekstrak teh hijau telah menstimulasi thermogenesis jaringan adiposa pada tikus sampai suatu tingkat yang lebih besar daripada yang dapat dilakukan oleh kafein sendiri. Ingesti ekstrak teh hijau oleh laki-laki muda sehat dengan setiap makanan menghasilkan peningkatan yang signifikan pada pembakaran energi 24 jam. Studi ini telah mengindikasikan bahwa polifenol teh menghambat aktivitas catechol-O methyltransferase dan bereaksi sinergis dengan kafein untuk memperpanjang stimulasi simpatetik dari thermogenesis.

    Apakah konsumsi teh mengganggu absorpsi protein pada manusia masih perlu diinvestigasi lebih lanjut. Karena afinitas ikatan yang kuat dari polifenol teh terhadap ion-ion logam, efek teh yang mungkin pada absorpsi nutrien tersebut merupakan hal yang penting.

    Penurunan absorpsi besi karena minum teh telah dilaporkan. Kelihatannya efek tersebut terutama pada besi nonheme, dan bila teh dan besi dikonsumsi bersamaan. Absorpsi besi heme dari daging yang dimasak tidak dipengaruhi oleh konsumsi teh.

    Di antara wanita umur 65-76 tahun, konsumsi teh berhubungan dengan pengukuran densitas mineral tulang yang lebih besar, yang konsisten dengan laporan bahwa teh bersifat protektif terhadap fraktura tulang pinggul. Data tersebut mengindikasikan bahwa komponen selain dari polifenol, seperti fitoestrogen atau fluorida, mungkin mempengaruhi densitas mineral tulang. Teh ditemukan menghambat aktivitas glukosiltransferase dari streptokokki oral dan perkembangan caries gigi pada tikus. Teh mengandung fluorida yang mungkin akan memperkuat enamel gigi dan meningkatkan kesehatan gigi.


    Pada model mencit arthritik yang terinduksi kolagen, polifenol teh hijau secara signifikan mereduksi insidensi dan keparahan arthritis. Ekspresi mediator inflamatori yang meliputi siklooksigenase-2, interferon gamma, dan TNF-alpha lebih rendah pada sendi arthritic dari mencit yang diberi polifenol teh hijau. Katarak, yang berkembang sebagai akibat presipitasi protein pada lensa mata, mungkin direduksi oleh konsumsi teh yang meningkat.

    REFERENSI
    • Http://www.kompas.com/

    Photobucket