Rabu, 27 Januari 2010


Anafilaksis merupakan kasus yang sangat jarang namun berpotensi menyebabkan kematian. Anafilaskis adalah reaksi hipersensitivitas yang mengancam nyawa, bersifat general atau sistemik. Dalam protocol terapi ini berisi defenisi, etiologi, gambaran klinis, laboratorium, diagnosis banding, penatalaksanaan dan komplikasi. Mudah-mudahan protocol terapi ini dapat bermanfaat, dapat menambah wawasan atau menjadi perbandingan dalam membuat standar pelayanan. Klik disini untuk mendapatkan link download gratis, (PDF) (DOC)

Defenisi

Anafilaksis adalah reaksi hipersensitivitas yang mengancam nyawa, bersifat general atau sistemik. Anafilaksis ditandai dengan keterlibatan berbagai system, termasuk kulit, saluran pernafasan, system sirkulasi dan saluran cerna. Istilah klasik anafilaksis merujuk pada reaksi hipersensitivitas yang dimediasi oleh subklas antibody immunoglobulin IgE dan IgG. Reaksi anaphylactoid atau pseudoanaphylactic memiliki gambaran klinis yang sama, namun reaksi ini tidak dimediasi system imun (non imunologik

Patogenesis

Didahului oleh sensitisasi terhadap allergen. Sensitisasi ini menghasilkan ikatan antigen-spesifik IgE pada membrane sel basopil dan sel mast. Terpaparnya kembali (re-ekspos) dengan allergen akan membangkitkan reaksi anaffilaksis. Allergen yang masuk berikatan dengan antigen-spesifik IgE yang telah terakumulasi sebelumnya yang berasal dari sensitisasi. Dalam waktu singkat terjadi reaksi ledakan antigen-antibodi dengan pelepasan sejumlah mediator dalam jumlah banyak, diantaranya histamine, leukotriens, prostaglandin, tromboksan, dan bradikinin. Ketika dilepaskan local dan sistemik, mediator ini menyebabkan peningkatan sekresi membrane mucus, meningkatkan permeabilitas kapiler dan kebocoran kapiler dan menurunkan tonus otot polos pembuluh darah (vasodilatasi) dan bronkiolus.

Etiologi

Semua antigen yang mampu mengaktivasi IgE dapat menjadi pemicu reaksi anafilaksis. Dalam term etiologi, para pakar mengkategorikan penyebab secara umum termasuk : obat-obatan ( agen farmakologik), latex, sengatan serangga, dan makanan. Sekitar lebih dari 5% kasus tidak dapat diidentifikasi.

Obat-obaatan . Antibiotik (terutama parenteral penisilin dan beta-laktam), aspirin dan NSAID, dan bahan kontras merupakan medikasi yang paling sering berhubungan dengan anafilasksis.
Latex. Sarung tangan latex.
Sengatan serangga. Sengatan hymenoptera seperti semut, lebah dan tawon. Sengatan ini sering berhubungan dengan serangan anafilaksis yang fatal.
Makanan. Kacang, kacang-kacangan, makanan laut (seafood), dan gandum merupakan bahan makanan yang sering berhubungan dengan anafilaksis.

Gejala dan Tanda


Pikirkan anafilaksis ketika melibatkan 2 atau lebih system tubuh (kulit, pernafasan, kardiovaskular, neurologist, atau saluran cerna); dengan atau tidak melibatkan system kardiovaskular dan pernafasan. Semakin singkat jarak waktu antara terekspos dengan reaksi, maka semakin berat reaksi anafilaksis. Gejala dan tanda meliputi:

• Saluran nafas ; edema laring, lower airway edema, stridor, wheezing, rhinitis.
• Kardiovaskular ; kolaps kardiovaskular, MCI
• Saluran cerna ; nyeri perut, mual, muntah, dan diare


Diagnosa Banding


Beberapa proses penyakit lain juga memberikan gejala dan tanda yang sama dengan anafilaksis. Kesalahan dalam mengidentifikasikan dan penatalaksanaan anafilaksis bisa sangat fatal.

• ACE inhibitor dapat menyebabkan angioedema.
• Herediter angioedema
• Serangan asma berat, mengancam nyawa
• Penyakit panik/ reaksi histeris
• Reaksi vasovagal

Diagnosis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda yang khas. Secara klinis anafilaksis dapat ditegakkan jika salah satu saja dari tiga kriteria berikut terpenuhi dalam waktu menit sampai beberapa jam. Pertama, onset akut yang melibatkan kulit, mukosa, atau keduanya, dan paling tidak satu dari gejala berikut : gangguan pernafasan, hipotensi, atau gagal-organ. Kedua, dua atau lebih hal berikut yang terjadi tiba-tiba setelah kontak dengan allergen : keterlibatan kulit dan mukosa, gangguan pernafasan , hipotensi, atau gejala saluran cerna. Ketiga, hipotensi yang muncul setelah terpapar allergen ; penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 30% dari nilai baseline.
Anafilaksis memiliki gambaran klinis yang bervariasi, namun yang paling menjadi perhatian adalah gangguan pernafasan dan kolapkardiovaskular karena dapat menyebabkan kematian. Urtikaria dan angioedema merupakan manifestasi yang paling sering timbul (sekitar 90%) namun dapat tertunda atau bahkan muncul. Anafilaksis biasanya muncul dalam 5-30 menit, namun bisa saja reaksi tidak muncul selama beberapa jam.

Penatalaksanaan

1. Support ABC;
2. Epinefrin
Berikan epinefrin IM :
• Dewasa 0,2 - 0,5 ml ( 1 : 1000 ), bisa diulang setiap 5-10 menit sesuai kebutuhan..
• Pemberian infus kontinyu perdrips (dilakukan oleh spesialis / dokter ahli)
3. Resusitasi cairan
• Pemberian cairan dalam jumlah banyak isotonic kristaloid 1-2 liter, bahkan sampai 4 liter selama periode resusitasi.
4. Antihistamin :
• Diphenhydramin ,1 mg/kg BB atau 25-50 mg IV atau IM.
5. H2 bloker :
• Ranitidine 1 mg/kg BB IV/IM
• Simetidin , 4 mg/kg BB (max 300 mg) IV/IM
6. Nebul β adrenegik
• Inhalasi salbutamol 5 mg..
• Bila nebul tidak tersedia bisa diberikan aminofilin 5 mg/kgBB i.v dosis awal yangditeruskan 0,5 – 1 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
7. Kortikosteroid
• Metilprednisolon1-2 mg/kg
• Deksametason 5 – 10 mg
• Hidrokortison 4 mg/kgBB
8. Glukagon
• 1-2 mg setiap 5 menit IM atau IV
• Diberikan pada pasien yang memakai B-bloker, sebagai terapi tambahan adrenaline.


Referensi

1) Circulation anaphylaxis ; circulation 2005;112;143-145
2) ERC guidelines for resuscitation 2005 summary; anaphylaxis
3) Anaphylaxis; Theodore Gaeta; Evidence-based emergency medicine.
4) Emergency treatment of anaphylactic reactions Working Group of the Resuscitation Council (UK)
5) Conn’s current Theraphy 2008, 60th ed. Chapter 188; Anaphylaxis and Serum Sickness.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket